Jumat, 04 Januari 2013

[VIDEO] Kisah BULE yg Sukarela Membangun Jembatan2 untuk Warga Pedesaan Indonesia


Jembatan2 yg dibangun Pak Toni, termasuk di Indonesia...

[VIDEO] Kisah BULE yg Sukarela Membangun Jembatan2 untuk Warga Pedesaan Indonesia 1





[VIDEO] Kisah BULE yg Sukarela Membangun Jembatan2 untuk Warga Pedesaan Indonesia 2






[VIDEO] Kisah BULE yg Sukarela Membangun Jembatan2 untuk Warga Pedesaan Indonesia 3
Toni Ruttimann bersama sejumlah warga merakit jembatan gantung di atas jurang sedalam 50 m di lereng Gunung Semeru, Desa Senduro, Kab. Lumajang, Jatim, Selasa (11/12/2012)— © Cucuk Donartono/Ant


Keliling dunia membangun jembatan
08:40 WIB - Sabtu, 15 Desember 2012

Pria asal Swiss, Toni Ruttimann, memiliki kegiatan pribadi yang unik. Sepanjang 23 tahun ini, sejak berusia 19 tahun, Toni telah berkeliling ke kawasan dunia ketiga untuk membangun fasilitas umum di daerah tertinggal atau terkena bencana.

Toni lebih dikenal dengan kegiatannya membangun jembatan di Ekuador, Kolombia, Meksiko, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar, dan Indonesia. Jembatan yang dibangunnya menggunakan kawat baja dan mendapat dukungan dana dari jaringan solidaritas yang dibangunnya.
http://beritagar.com/p/keliling-dunia-membangun-jembatan

Belajar dari Mas Toni Ruttimann
Entah kenapa tiba-tiba saja kami jadi teringat sebuah kenangan bersama seseorang yang sangat luar biasa. “Orang Gila” begitulah banyak orang menyebutnya. Tidak suka basa-basi, apa adanya, disiplin, ramah, murah senyum dan gila kerja. Memang dia bukanlah asli orang Indonesia, dia berasal dari negara Swiss tapi sudah menghabiskan hampir 20 tahun lebih umurnya di negara lain hanya untuk membuat jembatan itulah, mengapa banyak orang menyebutnya “gila”.

Pertama kali kenal Mr Toni dari Pak Imam Budi Prasojo, tepatnya ketika pada pertengahan bulan September 2010 atau kurang lebih 1 minggu setelah lebaran Idul Fitri, Ada telepon dari beliau yang intinya meminta dengan segera kami, Pak Bochrun (Yayasan Nagasasra), Pak Naryo (Kepala Desa Kebanaran) dan Pak Ach. Badrussalam (Kepala Desa Merden) untuk segera berangkat ke Jakarta saat itu juga. Kenapa? karena kata beliau ada beberapa pembicaraan penting untuk kepentingan masyarakat banyak. Tidak berapa lama kemudian berangkatlah kami serombongan menuju ke Purwakarta, karena ternyata ditengah perjalanan beliau memberi kabar bahwa saat ini beliau sudah berada di Rumah Ilmu milik Yayasan Pena Hijau Kampung Cisarua Kec. Tegalwaru Kab. Purwakarta dan menyuruh rombongan kami untuk menyusul kesana.

Setelah sampai di Purwakarta ternyata rombongan kami tidak sendiri, ada rombongan lain yang datang menyusul kami ke Purwakarta. Kemudian kami baru tahu bahwa semua ini terkait beberapa hal penting yang menjadi pokok pembicaraaan seperti yang Pak Imam khabarkan. Pertama rombongan dari Kemenpora dan yang kedua adalah rombongan dari Yayasan Nurani Dunia termasuk Mr. Toni Ruttimann didalamnya. Ada 2 hal penting yang dibicarakan, pertama terkait kelanjutan program pembangunan Sarana Olah Raga dari Kementrian Pemuda dan Olahraga, kedua terkait keberadaan Mr Toni Ruttimann yang sengaja diundang oleh Pak Imam untuk bercerita seputar aktifitasnya sebagai pembangunan jembatan. Dalam kesempatan ini kami tidak mengupas tentang materi pembicaraan pertama terkait program Kementrian, justru kami tertarik dengan cerita-cerita yang disampaikan oleh Mr Toni atau Mas Toni (panggilan akrab Pak Imam) . Ternyata dia adalah seorang relawan internasional yang bekerja membantu masyarakat lemah di berbagai belahan dunia dengan cara membangunkan jembatan gantung secara cuma-cuma alias gratis (tentu dengan beberapa persyaratan). Kepala Desa Kebanaran yang kami ajak saat itu terlihat sangat antusias mendengarkan cerita yang diterjemahkan oleh Pak Imam, karena memang sudah lama Pemerintah Desa Kebanaran berupaya untuk membangun sebuah jembatan di salah satu dusun di desanya yang terisolir. Tapi sebelum permohonan disetujui, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Bentang lebar sungai minimal 60 meter dihitung dari batas pinggir terluar lebar sungai tersebut; 2. Sanggup mengerahkan tenaga manusia minimal 200 orang untuk bergotong royong; 3. Sanggup menyediakan material batu-pasir secukupnya.

Akhirnya Mr. Toni menyanggupi permohonan dari Kades Banaran, berdasarkan gambaran-gambaran kasar lokasi yang disampaikan oleh Kepala Desa Kebanaran. Dia berjanji tidak lama setelah pertemuan ini dia akan datang ke desa Kebanaran, untuk melakukan survei lokasi. Dia juga memberi gambaran detail jembatan yang nanti akan dia buat. Sebuah jembatan gantung dengan kualitas terbaik, wire (kabel besi) didatangkan dari Swiss, Beton untuk tiang pancang dari Argentina, Plat besi untuk alas dari Krakatau Steel Kw 1, baut dari China, Semen khusus sesuai kebutuhan dari Holcim, Design gambar dan dia sendiri yang akan terjun langsung mengerjakan dari tahap pengecoran tiang pancang sampai selesai.

Pada bulan Oktober 2010, berselang 1 bulan dari pertemuan pertama di Purwakarta sesuai janjinya sendiri dia datang ke desa Kebanaran, kami bersama Pak Badrussalam yang menjemputnya di Stasiun Purwokerto. Selanjutnya tanpa istirahat barang sejenak dia minta untuk langsung meluncur ke desa Kebanaran tepatnya ke lokasi yang akan dibangun jembatannya. Survei pun dia lakukan sendiri dibantu oleh beberapa warga dan kami sendiri. Dengan cermat dia ukur semua data yang dibutuhkan kemudian angka-angka hasil pengukuran dia olah dengan laptop yang selalu dia bawa, tidak sampai 2,5 jam detail gambar dan kebutuhan material jembatan yang akan dibangun di lokasi ini sudah ketemu. Semua yang hadir saat itu dibuat heran dan tertegun, termasuk kami. Akhirnya waktu maghrib menjelang Isya survei lokasi selesai.

Selama 3 hari Mr Tony melakukan survei di 6 titik lokasi, dan akhirnya dia memutuskan hanya 3 titik lokasi yang memenuhi persyaratan; yakni lokasi jembatan Sungai Sapi d desa Kebanaran, Sungai Jalatunda di desa Jalatunda, dan Sungai Pekacangan di desa Sawangan Kecamatan Punggelan.

Pada pekan ke-3 bulan November 2010 mulai pekerjaan pengecoran tiang pancang yang dilaksanakan secara maraton bergilir dari desa Kebanaran, Jalatunda terakhir Sawangan. Dalam kurun waktu 3 hari pengecoran selesai kemudian Mr Toni pulang ke Jakarta untuk mempersiapkan pengiriman kebutuhan material lainnya.

Dan pada tanggal 2 Januari 2011, akhirnya Mr Toni datang bersama 1 orang asisten yang bernama Suntana. Mereka berdua akan bekerja sama untuk melaksanakan proses pemasangan jembatan gantung, tentu setelah semua kebutuhan material sudah siap. Dengan dibantu tenaga kerja gotong royong sebanyak-banyaknya minimal 200 orang akhirnya dalam waktu 1 hari, pekerjaan pemasangan jembatan selesai. Kembali masyarakat dibuat kagum, malah ada yang nyeletuk, “Gemblung pancen bulene, gawe brug kaya kie koh kur sedina tok, kaya sulap baen”. (Gila memang orang asing itu, membuat jembatan seperti ini kok hanya dalam waktu 1 hari, seperti sulap saja). Esok harinya pekerjaan dilanjutkan ke desa Sawangan dan hari terakhir giliran ke desa Jalatunda, semua jembatan selesai dekerjakan dalam kurun waktu hanya 3 hari, luar biasa……..

Uniknya, setelah semua pekerjaan selesai Mr Toni tanpa basa-basi langsung pamit pulang, dia hanya berpesan agar jembatan yang sudah dibuatkan ini untuk dijaga dan dirawat dengan baik. Selanjutnya mereka berdua pulang ke Jakarta, tentu dengan penampilan khasnya kemeja dan celana jeans kumal karena baru kering dijemur serta sepatu proyek butut dan tas punggung yang berisi perlengkapan pribadi diantaranya 2 stel pakaian.

Beruntung sekali kami bisa kenal dengannya, pengalaman hidup yang mungkin tidak akan kami temukan lagi pada kesempatan lain, filosofi memberi dan memberi, bekerja dan bekerja, fokus dan sungguh-sungguh, menikmati hidup dengan semangat membantu orang lain tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah menjadi sebuah pembelajaran berharga bagi kami dari seorang manusia pembangun jembatan (Bridge Builder) Mr/Mas Toni Ruttimann.

Dan sejarah telah mencatat, ternyata 3 jembatan gantung yang telah dibangun tersebut adalah jembatan gantung yang pertama kali dibangun di Indonesia oleh Mr Toni Ruttimann
http://www.merden.or.id/belajar-dari-mas-toni-ruttimann/

---------------------

Di thread sebelah ada dikisahkan, bahwa "jembatan indiana Jones' yang di Banten itu, sempat menjadi salah satu foto dunia terbaik 2012. Coba minta tolong ke Pak Toni duatas itu, kagak bakalan ada lagi jembatan gantung yang ambruk seperti di banten itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar